Untukmu

Aku tahu, kau pun paham betul. Setiap manusia yang menjejak di bumi, bertumbuh dan mendewasa, pasti punya luka. Luka yang terselip di sela-sela lembar bahagianya. Luka yang mengering maupun yang masih terbuka. Aku punya, kau pun juga bukan?

Tapi begini, kali ini aku apresiasi dirimu yang sungguh luar biasa dalam menghadapinya. Selamat! Selamat kau telah berani untuk berani dalam berjibaku dengan lukamu sendiri. Mencoba mencari tahu, apa kira-kira yang membuatnya tak kunjung sembuh, membuatnya terinfeksi, hingga membuatmu mati dalam rasa.

Selamat! Kini kau lebih kuat dalam menahan luapan emosi dan rasa kecewa yang membara. Kau tahu, sabar itu tak mudah, dan oleh sebabnya ganjarannya surga. Untuk kali ini kau mencoba menerapkan apa yang kau coba tuk pahami. Kini kau belajar untuk menghargai diri sendiri dan menahan emosi.

Aku tahui betul bahwa kau benci menangis dan menjadi lemah, namun bersyukurlah! Ada kalanya air mata itu menjadi ekspresi miliyaran kata yang tak mampu kau cerna. Biarkan ia menetes! Tak apa. Bukankah menangis tidak menjadi cermiman bahwa orang itu lemah? Baiklah, kita sepakat atas ini.

Nah, kini, selesaikanlah! Pilihlah yang terbaik di antara realita yang ada. Hamparkan jiwamu luas-luas lalu untuk menerima. Jangan lupa berterima kasih atas segala usaha yang kau coba. Selamat!

Tinggalkan komentar